Minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan tanaman nilam disebut minyak nilam. Minyak nilam berperan penting sebagai bahan baku dalam industri pewangi dan kosmetika. Indonesia setiap tahun memasok minyak nilam dari 70% - 90% kebutuhan dunia. Namun petani khawatir terhadap harga minyak nilam yang fluktuatif. Sehingga perlu upaya peningkatan rendemen minyak nilam guna menekan harga pokok produksi agar resiko kerugian dapat diminimalisir. Alternatif meningkatkan rendemen adalah dengan memperbaiki cara pengeringan nilam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan cara pengeringan nilam dan mengetahui perlakuan yang memberikan hasil terbaik terhadap minyak nilam. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan PT. Tarutama Nusantara. Penelitian dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK non faktorial. Faktor yang digunakan yaitu perbedaan cara pengeringan dengan 6 taraf yang terdiri dari kering angin selama 9 hari P0, kering matahari selama 1 jam diikuti kering angin selama 9 hari P1, kering matahari selama 2 jam diikuti kering angin selama 9 hari P2, kering matahari selama 3 jam diikuti kering angin selama 9 hari P3, kering matahari selama 4 jam diikuti kering angin selama 9 hari P4, kering matahari selama 5 jam diikuti kering angin selama 9 hari P5 dan 4 ulangan menggunakan penyulingan metode uap dan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berupa perbedaan durasi penjemuran bahan dengan sinar matahari berpengaruh nyata terhadap rendemen bahan dan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air, volume minyak, berat minyak dan rendemen minyak nilam. Minyak nilam berwarna kuning dan kadar patchuoli alkohol semua perlakuan di atas 30% sehingga sesuai dengan SNI. Perlakuan terbaik adalah metode pengeringan kering angina selama 9 hari. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Agriprima, Journal of Applied Agricultural Sciences Maret, 2020 Online version Vol. 4, No. 1, Hal. 34-44 P-ISSN 2549-2934 E-ISSN 2549-2942 DOI Publisher Politeknik Negeri Jember 34 Pengaruh Cara Pengeringan Nilam Pogostemon cablin Benth. Pada Penyulingan Terhadap Hasil Minyak Nilam Authors Aditya Ardianto 1*; Siti Humaida 1 1 Jurusan Produksi Pertanian, Politeknik Negeri Jember * Corresponding author adityaardianto1 ABSTRAK Minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan tanaman nilam disebut minyak nilam. Minyak nilam berperan penting sebagai bahan baku dalam industri pewangi dan kosmetika. Indonesia setiap tahun memasok minyak nilam dari 70% - 90% kebutuhan dunia. Namun petani khawatir terhadap harga minyak nilam yang fluktuatif. Sehingga perlu upaya peningkatan rendemen minyak nilam guna menekan harga pokok produksi agar resiko kerugian dapat diminimalisir. Alternatif meningkatkan rendemen adalah dengan memperbaiki cara pengeringan nilam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan cara pengeringan nilam dan mengetahui perlakuan yang memberikan hasil terbaik terhadap minyak nilam. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan PT. Tarutama Nusantara. Penelitian dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK non faktorial. Faktor yang digunakan yaitu perbedaan cara pengeringan dengan 6 taraf yang terdiri dari kering angin selama 9 hari P0, kering matahari selama 1 jam diikuti kering angin selama 9 hari P1, kering matahari selama 2 jam diikuti kering angin selama 9 hari P2, kering matahari selama 3 jam diikuti kering angin selama 9 hari P3, kering matahari selama 4 jam diikuti kering angin selama 9 hari P4, kering matahari selama 5 jam diikuti kering angin selama 9 hari P5 dan 4 ulangan menggunakan penyulingan metode uap dan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berupa perbedaan durasi penjemuran bahan dengan sinar matahari berpengaruh nyata terhadap rendemen bahan dan berpengaruh tidak nyata terhadap kadar air, volume minyak, berat minyak dan rendemen minyak nilam. Minyak nilam berwarna kuning dan kadar patchuoli alkohol semua perlakuan di atas 30% sehingga sesuai dengan SNI. Perlakuan terbaik adalah metode pengeringan kering angina selama 9 hari. Kata Kunci Minyak Nilam; Penyulingan; Cara Pengeringan; Keywords Patchouli Oil; Distillation; Drying Method ABSTRACT Patchouli oil is essential oil which obtained from distillation of patchouli plants. Patchouli oil have an important role in the fragrance and cosmetics industry as raw material. Indonesia supplies 70% - 90% of the world's needs every year. The farmers worrying about the fluctuating price of patchouli oil. It is necessary to increase the yield of patchouli oil to reduce the cost of production so that the risk of loss can be minimized. An alternative way to increase yield is to improve patchouli drying method. The study aims to determine the effect of patchouli drying treatment and find out the treatment which gives the best results on patchouli oil. The research was conducted at the Research and Development Laboratory of PT. Tarutama Nusantara. This research was conducted using non factorial Randomized Block Design RBD. The factors used were the differences in the way of drying with 6 levels consisting of 9 days wind drying P0, 1 hour sun drying followed by 9 days wind drying P1, 2 hours sun drying followed by 9 days wind drying P2, 3 hours sun drying followed by 9 days wind drying P3, 4 hours sun drying followed by 9 days wind drying P4, 5 hours sun drying followed by 9 days wind drying P5 and 4 repetitions using Steam and water distillation methods. The results showed that differences treatment in materials drying duration with sun drying had a significant effect on the yield of material and had no significant effect on water content, oil volume, oil weight and yield of patchouli oil. Patchouli oil was yellow and the alcohol levels were all above 30% which meets standard of Patchouli oil accordance to SNI Indonesian Standardization. The best treatment was drying for 9 days by the drying wind method. Authors Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________ Publisher Politeknik Negeri Jember 35 PENDAHULUAN Minyak atsiri yang diperoleh dari proses penyulingan daun, batang dan cabang tanaman nilam Pogostemon cablin Benth. disebut minyak nilam. Minyak nilam memiliki peranan yang penting dalam industri pewangi dan kosmetika sebagai bahan baku karena sifat-sifat yang dimilikinya. Negara penghasil minyak nilam terbesar di dunia adalah Indonesia yang setiap tahunnya memasok 70%-90% kebutuhan dunia Santoso, 1990. Harga minyak nilam yang fluktuatif bila dibandingkan dengan harga minyak atsiri lain membuat petani khawatir dalam memproduksi minyak nilam secara berkelanjutan. Penyebab kekhawatiran petani akan kerugian dalam kegiatan produksi minyak nilam adalah apabila harga pokok produksi yang tidak terbayar ketika harga nilam sedang tidak bagus. Upaya peningkatan rendemen minyak nilam penting guna mengganti harga pokok produksi minyak nilam sehingga resiko dan kekhawatiran petani akan kerugian dapat diminimalisir. Salah satu penyebab rendahnya rendemen nilam yang utama yakni ketidak-tepatan dalam melakukan pengeringan nilam. Pengeringan yang dilakukan oleh petani umumnya dengan panas matahari hingga kadar air nilam 11-12%. Pengeringan dengan panas matahari memicu terjadinya kehilangan minyak atsiri yang lebih besar akibat penguapan yang terlalu tinggi sehingga minyak yang terkandung ikut teruapkan bersama dengan air dalam daun Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, 2013. Metode pengeringan daun nilam secara sederhana dapat dilakukan dengan cara pengeringan dengan panas matahari dan kering angin. Penelitian yang dilakukan oleh Ma’mun 2014 menyatakan bahwa hasil rendemen terbaik 3,75% diperoleh dengan cara pengeringan dengan panas matahari selama 2 hari dengan durasi penjemuran per hari selama 5 jam. Penelitian lain menyatakan bahwa kadar minyak tertinggi 6,39% pada daun nilam diperoleh melalui pengeringan dengan cara dijemur selama 2 jam dan diikuti dengan kering angin selama 9 hari Sahwalita dan Herdiana, 2015. Untuk mengetahui cara pengeringan yang terbaik guna memperoleh rendemen yang maksimal perlu dilakukan penelitian mengenai cara pengeringan dengan mengkombinasikan antara pengeringan dengan panas matahari dan kering angin. BAHAN DAN METODE Pelaksanaan penelitian pengaruh cara pengeringan nilam Pogostemon cablin Benth. pada penyulingan terhadap hasil minyak nilam dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Oktober 2018 di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan PT. Tarutama Nusantara TTN. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat penyulingan metode kukus, parang/golok, oven listrik, cawan porselen + tutup, desikator, timbangan analitik, kompor dan tabung gas LPG, dan gelas ukur. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah nilam segar, air, karung plastik, tali tambang plastik, tali rafia, terpal plastik, gas LPG, botol kaca, kertas label, dan alat tulis. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok RAK non faktorial. Faktor yang digunakan yaitu perbedaan cara pengeringan terhadap hasil minyak nilam dengan 6 taraf perlakuan. Perlakuan pengeringan terdiri dari P0 Kering angin selama 9 hari, P1 Pengeringan dengan panas matahari selama 1 jam diikuti kering angin selama 9 hari, P2 Pengeringan dengan panas matahari selama 2 jam diikuti kering angin selama 9 hari, P3 Pengeringan dengan panas matahari selama 3 jam diikuti kering angin selama 9 hari, P4 Pengeringan dengan panas Authors Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________ Publisher Politeknik Negeri Jember 36 matahari selama 4 jam diikuti kering angin selama 9 hari, P5 Pengeringan dengan panas matahari selama 5 jam diikuti kering angin selama 9 hari. Perlakuan diulangi hingga 4 kali sehingga didapatkan 24 unit percobaan. Data hasil penelitian diolah secara statistik dengan sidik ragam atau menggunakan Analysis Of Variance ANOVA taraf 5% dan 1%. Apabila terdapat beda nyata maka dilanjutkan dengan uji Kontras Ortogonal. Parameter pengamatan terdiri dari parameter kuantitatif dan kualitatif. Parameter kuantitatif meliputi rendemen bahan, kadar air nilam kering, volume minyak nilam, berat minyak nilam, rendemen minyak nilam, kadar patchuoli alkohol minyak nilam. Sedangkan parameter kualititatif yaitu warna minyak nilam. Khusus untuk parameter pengamatan kadar patchuoli alkohol minyak nilam, pengamatan dilakukan hanya pada 12 unit analisis / 2 ulangan untuk setiap perlakuan yaitu pada ulangan 2 dan ulangan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Rangkuman Sidik Ragam Pengaruh Perbedaan Cara Pengeringan Nilam Pogostemon cablin Benth. pada Penyulingan Terhadap Hasil Minyak Nilam Table 1. Summary of Analysis of Variance The Effect of Patchouli Drying Method Pogostemon cablin Benth. on Distillation of Patchouli Oil Results Rendemen Bahan Material Yield Kadar Air Moisture Content Rendemen Minyak Oil Yield Keterangan ns= Berbeda tidak nyata pada taraf 5% ; * = Berbeda nyata pada taraf 5% Not ns = Not significant at the level 5% ; * = Significantly different at the level 5% Rendemen Bahan Pengeringan pada nilam segar bertujuan untuk mengurangi kandungan air di dalam bahan. Pada proses pengeringan sebagian besar air dalam terna menguap dan meninggalkan ruang kosong pada bahan. Akibat adanya ruang kosong ini maka jaringan bahan mengkerut dan sel minyak pecah sehingga minyak mudah keluar pada proses penyulingan. Penyulingan daun segar akan memberikan rendemen yang rendah karena dinding-dinding sel lebih sulit untuk di tembus uap Sahwalita dan Herdiana, 2015. Pengeringan dapat dilakukan dengan 2 metode yakni pengeringan sinar matahari langsung dan pengeringan dengan metode kering angin. Bahan menjadi lembab dan berjamur apabila pengeringan terlalu lambat, namun akan rusak dan beresiko kehilangan minyak atsiri lebih tinggi apabila pengeringan terlalu cepat Ketaren, 1985. Pengeringan dilakukan pada 6 kg nilam segar setiap unit. Setiap unit nilam dibagi menjadi 4 ikatan pada saat sebelum dimulainya pengeringan. Hasil dari pengeringan yang dilaksanakan pada saat Authors Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________ Publisher Politeknik Negeri Jember 37 penelitian menunjukkan bahwa rendemen bahan tertinggi yakni pada P0 dengan rata-rata rendemen sebesar 27,96% dan rendemen terendah pada P5 dengan rata-rata rendemen sebesar 24,00%. Rendemen ideal pada pengeringan nilam yakni minimal 25%. Perbedaan rendemen dari masing-masing perlakuan berdasarkan Anova pada taraf 5% dinyatakan berbeda nyata Signifikan. Sehingga data tersebut dianalisa lanjut menggunakan metode kontras ortogonal guna menetapkan perlakuan yang terbaik. Dari hasil uji kontras ortogonal diperoleh hasil bahwa antara pengeringan metode variasi penjemuran dengan sinar matahari dan kering angin P1, P2, P3, P4, P5 dibandingkan dengan pengeringan dengan tanpa menggunakan sinar matahari yakni hanya dengan kering angin saja P0 menunjukkan hasil yang signifikan pada taraf 5%. Pengkontrasan selanjutnya yakni antar perlakuan pengeringan dengan metode variasi penjemuran sinar matahari dan kering angin. Hasil uji kontras antar perlakuan pengeringan dengan metode variasi penjemuran sinar matahari dan kering angin pada taraf 5% menunjukkan hasil tidak signifikan. Pemilihan dari ke enam metode pengeringan tersebut mengacu berdasarkan pada metode yang paling praktis dengan rendemen tertinggi, dalam hal ini yakni P0 dengan tanpa jemur matahari dan kering angin selama 9 hari. Tabel 2. Hasil Uji Lanjut Rendemen Bahan Setelah Pengeringan dengan Kontras Ortogonal Table 2. The Result of Advanced Test of Material Yield After Drying With Orthogonal Contrast Tanpa Jemur Matahari VS Jemur Matahari Without Sun Drying VS Sun Drying Keterangan ns= Berbeda tidak nyata pada taraf 5% ; * = Berbeda nyata pada taraf 5% Note ns = Not significant at the level 5% ; * = Significantly different at the level 5% Kadar Air Bahan Kadar air dalam bahan mempengaruhi daya simpan bahan tersebut sebelum dilakukan penyulingan. Apabila bahan memiliki kadar air yang masih cukup tinggi maka akan rawan berjamur ketika masa penyimpanan bahan sebelum bahan tersebut disuling. Bahan yang berjamur tentu akan menurunkan kuantitas dan kualitas dari minyak yang dihasilkan. Selain itu tingginya kadar air dalam bahan akan menyulitkan proses hidrodestilasi pada saat penyulingan berlangsung karena dinding sel akan lebih sulit ditembus oleh uap. Kadar air terna kering nilam yang baik untuk disuling adalah dibawah 12 persen Ketaren, 1985. Pengujian kadar air pada nilam kering dilakukan dengan menggunakan metode oven dengan 2 sampel ulangan tiap unit penelitian. Hasil rata-rata kadar air yang telah diperoleh dari pengujian kadar air pada tiap-tiap perlakuan adalah sebagai berikut P0 yakni 24,30%, P1 yakni 22,18%, P2 yakni 22,31%, P3 yakni 22,54%, P4 yakni 22,09% dan P5 yakni Authors Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________ Publisher Politeknik Negeri Jember 38 19,70%. Dari hasil tersebut dapat tergambar bahwa pemberian perlakuan penjemuran matahari langsung dengan waktu terlama memberikan dampak terbesar terhadap proses penguapan kandungan air yang terdapat dalam bahan melalui pori–pori sehingga kadar air bahan tersebut menjadi semakin kecil. Hasil analisa data menggunakan Anova pada taraf 5% menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Artinya perbedaan hasil kadar air dari setiap perlakuan memiliki beda namun tidak nyata. Sehingga metode pengeringaan dapat menggunakan salah satu dari ke 6 metode tersebut. Mengacu pada pernyataan Ketaren 1985 bahwa kadar air nilam kering yang baik untuk disuling adalah 12% maka hasil dari setiap perlakuan tidak menunjukkan adanya perlakuan yang memberikan hasil kadar air yang ideal. Mengacu pada ketahanan daya simpan bahan maka perlakuan P5 dengan cara pengeringan yakni penjemuran dengan sinar matahari langsung selama 5 jam dan dilanjutkan dengan pengeringan secara kering angin 9 hari cenderung menjadi metode pengeringan terbaik karena memberikan hasil kadar air terendah dan yang paling mendekati kadar air ideal. Gambar 1. Diagram Kadar Air Bahan Setelah Pengeringan Pada Setiap Perlakuan Volume Minyak Nilam Data mengenai volume minyak nilam yang diperoleh dari hasil penyulingan tiap perlakuan di analisa dengan menggunakan Anova, dari hasil analisa tersebut menyatakan bahwa perbedaan volume dari tiap ulangan pada taraf 5% adalah berbeda tidak nyata Non Signifikan. Sehingga terlepas dari analisa data menggunakan Anova yang menyatakan bahwa berbeda tidak nyata maka kecenderungan perlakuan terbaik guna memperoleh volume tertinggi pada penyulingan nilam adalah P5 dengan perlakuan berupa penjemuran dengan sinar matahari langsung selama 5 jam dan dilanjutkan dengan kering angin selama 9 hari. Volume minyak nilam yang diperoleh dari hasil penyulingan selain dipengaruhi oleh laju penguapan selama periode pelayuan dan pengeringan, volume minyak nilam yang diperoleh dari hasil penyulingan turut dipengaruhi proses hidrodifusi pada bahan saat proses penyulingan berlangsung. Optimalisasi proses hidrodifusi berhubungan dengan kadar air yang terkandung pada bahan. Hal tersebut karena pada proses pengeringan sebagian besar air dalam terna menguap dan meninggalkan ruang kosong pada bahan. Akibat adanya ruang kosong ini 24,3022,18 22,31 22,54 22,0919,7015,0017,0019,0021,0023,0025,00P0 P1 P2 P3 P4 P5Rata-rata Kadar Air Bahan Setelah Pengeringan %The Average Moisture Content of Material After Drying % PerlakuanTreatment Authors Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________ Publisher Politeknik Negeri Jember 39 maka jaringan bahan mengkerut dan sel minyak pecah sehingga minyak mudah keluar pada proses air dalam bahan yang masih tinggi akan menyulitkan proses hidrodestilasi pada saat penyulingan berlangsung karena dinding sel akan lebih sulit ditembus oleh uap. Kadar air terna kering nilam yang baik untuk disuling adalah dibawah 12 persen Ketaren, 1985. Oleh sebab itu pada P5 dengan kadar air terendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya mampu menghasilkan minyak nilam dengan volume tertinggi. Penyebablainnya yaitu faktor homogenitas bahan olah yang digunakan. Bahan olah dengan komposisi daun yang lebih banyak cenderung akan memberikan hasil volume lebih tinggi dibandingkan dengan bahan dengan komposisi batang yang lebih banyak Sulaiman dan Harsono, 2012. Gambar 2. Diagram Volume Minyak Nilam pada Setiap Perlakuan Berat Minyak Nilam Hasil penimbangan minyak nilam yang diperoleh maka rata-rata berat minyak nilam tiap perlakuan adalah sebagai berikut. P0 yakni 17,37 g, P1 yakni17,80 g, P2 yakni 17,32 g, P3 yakni 16,78 g, P4 yakni 16,59 g, P5 yakni 19,66 g. Kecenderungan rata-rata berat minyak tertinggi adalah pada P5 yakni 19,66 g dan paling rendah adalah pada P4 yakni 16,59 g. Hasil analisa data menggunakan Anova pada taraf 5% menunjukkan bahwa dari data tersebut berbeda tidak nyata. Hal tersebut menandakan dari ke 6 metode pengeringan yang diterapkan memberikan hasil minyak nilam yang tidak berbeda jauh tiap metode sehingga dalam penerapannya dapat menggunakan metode manapun dari ke 6 metode tersebut. Mengacu pada kecenderungan hasil terbaik dalam hal berat minyak nilam yang diperoleh maka P5 cenderung menjadi metode pengeringan yang terbaik yakni dengan penjemuran dengan sinar matahari langsung selama 5 jam dan dilanjutkan dengan kering angin selama 9 hari. 19,219,919,318,7 18,721,817,018,019,020,021,022,023,0P0 P1 P2 P3 P4 P5Rata-rata VolumeMinyak Nilam mlThe Average Volume of Patchouli Oil mlPerlakuanTreatment Authors Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________ Publisher Politeknik Negeri Jember 40 Gambar 3. Diagram Berat Minyak Nilam pada Setiap Perlakuan Rendemen Minyak Nilam Rata-rata data dari tiap perlakuan adalah sebagai berikut. P0 yakni 1,66%; P1 yakni 1,74%; P2 yakni 1,67%; P3 yakni 1,64%; P4 yakni 1,61%; dan P5 yakni 1,88%. Data–data tersebut setelah dianalisa menggunakan Anova pada taraf 5% memberikan hasil bahwa berbeda tidak nyata. Dapat diartikan bahwa dari ke enam perlakuan tersebut tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perbedaan rendemen minyak nilam yang diperoleh dari tiap perlakuan. Hal ini disebabkan oleh 2 faktor,yang pertama adalah level antar taraf perlakuan yang kurang tinggi sehingga selisih data rendemen minyak nilam yang diperoleh antar perlakuan menjadi kurang tinggi dan yang kedua adalah nilam yang digunakan sebagai bahan hanya memiliki kadar minyak berkisar 1,60% – 1,90%. Kualitas bahan yang digunakan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis nilam, kesesuaian tempat tumbuh, baku teknis budidaya sampai denganproses pemanenan. Menurut Santoso 1990 faktor persyaratan tumbuh yang mempengaruhi pertumbuhan dan kandungan minyak pada nilam adalah cahaya matahari, suhu dan ketinggian, curah hujan, kelembaban, dan angin. Penyinaran matahari secara langsung selama pertumbuhan mempengaruhi warna dan ukuran nilam. Daun nilam akan lebih kecil, agak tebal, dan berwarna merah kekuning-kuningan dengan kadar minyak yang lebih tinggi apabila tidak terdapat pelindung atau naungan pada lahan tanaman nilam. Sebaliknya, jika penyinaran matahari secara tidak langsung karena adanya pohon pelindung, pertumbuhan tanaman nilam lebih subur, daunnya lebih lebar dan tipis serta berwarna lebih hijau namun kadar minyak yang dimiliki lebih rendah. Suhu yang paling cocok untuk tanaman nilam agar bisa berproduksi dengan baik adalah sekitar 18-27oC dengan ketinggian tempat 100-400 mdpl. Suhu yang terlalu tinggi dapat merusak jaringan tanaman dan menggugurkan daun-daun tanaman. Curah hujan yang dibutuhkan nilam relatif tinggi yakni antara 2300-3000 mm per tahun dengan kelembaban ideal 60-70%. Apabila pada fase pertumbuhan vegetatif terdapat angin kering yang berhembus dengan kencang akan menyebabkan pertumbuhan nilam terhambat. Persyaratan tumbuh yang ideal bagi nilam tersebut apabila dibandingkan 17,3717,8017,3216,78 16,5919,6615,0015,5016,0016,5017,0017,5018,0018,5019,0019,5020,00P0 P1 P2 P3 P4 P5Rata-rata BeratMinyak Nilam grThe Average Weight of Patchouli Oil grPerlakuanTreatment Authors Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________ Publisher Politeknik Negeri Jember 41 dengan kondisi tempat penanaman nilam yang digunakan sebagai bahan penelitian terdapat beberapa perbedaan yang tentu akan berimbas pada pertumbuhan dan kadar minyak nilam. Lokasi penanaman nilam pada ketinggian ±62 mdpl dan suhu rata–rata 23–32 oC tentu kurang sesuai dengan persyaratan tumbuh ideal yang berakibat pada kadar minyak pada nilam menjadi kurang maksimal, selain itu curah hujan di tempat penanaman nilam lebih tinggi bila dibandingkan dengan curah hujan optimalnya. Hal tersebut akan berimbas kepada kelembaban di wilayah tersebut. Kelembaban yang terlalu tinggi membuat tanaman nilam menjadi lebih rentan/rawan terserang penyakit. Apabila nilam tersebut terserang penyakit tentu akan membuat pertumbuhan menjadi tidak normal dan berimbas pada kadar minyak. Amelia 2013 dalam penelitiannya menyatakan bahwa, perbedaan tinggi tempat penanaman nilam mempengaruhi kadar minyak pada nilam. Pemotongan dahan/tangkai sepanjang 3 ruas dari pucuk atau disisakan sekitar 20 cm dari atas tanah dilakukan pada saat pemetikan daun nilam. Pada saat tanaman berumur 4-6 bulan dilakukan pemetikan yang pertama. Pemetikan dilakukan sebelum daun berwarna coklat karena daun yang telah berwarna coklat karena pengaruh panas dan cuaca maka sebagian minyak telah hilang. Pemetikan nilam pada saat terik matahari akan menghasilkan kadar minyak yang rendah Ketaren, 1985. Terlepas dari data rendemen minyak nilam yang diperoleh antar perlakuan yang tidak berbeda nyata atau signifikan, perlakuan terbaik yang memiliki kecenderungan menghasilkan rendemen minyak nilam tertinggi adalah P5 dengan rendemen sebesar 1,88%. Gambar 4. Diagram Rendemen Minyak Nilam pada Setiap Perlakuan Warna Minyak Nilam Warna minyak nilam yang sesuai SNI minyak nilam yang tertera pada Badan Standar Nasional 2006 tentang minyak nilam adalah kuning muda sampai dengan cokelat kemerahan, sedangkan yang tertera pada ISO minyak nilam mengenai minyak nilam adalah kuning sampai dengan cokelat kemerahan International Standard, 2002. Warna minyak nilam yang diperoleh dari tiap perlakuan adalah kuning. Dari ke enam perlakuan bahan seluruhnya menghasilkan minyak dengan kualitas yang masih sesuai dengan SNI 1,661,741,671,64 1,611,881,451,501,551,601,651,701,751,801,851,90P0 P1 P2 P3 P4 P5Rata-rata RendemenMinyak Nilam %The Average Yield of Patchouli Oil %PerlakuanTreatment Authors Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________ Publisher Politeknik Negeri Jember 42 yang mengatur tentang standar mutu minyak nilam. Kardinan 2005 menyatakan bahwa, perbedaan warna sangat tergantung dari cara penyulingan dan penyimpanannya. Penyulingan dilakukan dengan metode air dan uap kukus dengan material alat yang terbuat dari steinless stell sehingga sesuai standar anjuran penggunaan material untuk alat penyulingan. Apabila material pipa kondensor pada alat suling terbuat dari tembaga akan membuat minyak nilam akan bereaksi dengan zat tembaga pada pipa kondensor yang menyebabkan minyak nilam menjadi berwarna biru. Semakin lama penyulingan dilakukan maka akan semakin gelap warna minyak nilam yang diperoleh. Durasi penyulingan yang cukup lama akan menghasilkan minyak dengan kualitas yang baik secara kimiawi karena komponen penting dalam minyak nilam dengan fraksi bertitik didih tinggi atau minyak berat telah tersuling dengan indikator warna yang semakin gelap/pekat Santoso, 1990. Tabel 3. Warna Minyak Nilam Hasil Penyulingan Table 3. The Result of Patchouli Oil Colour After Distillation Kadar Patchuoli Alkohol Minyak Nilam Kadar patchouli alkohol menjadi salah satu point acuan dalam penentuan kualitas dari minyak nilam. Komponen utama penyusun minyak nilam adalah patchuoli alkohol. Patchouli alkohol merupakan golongan oxgenated terpene yang meliputi 52-57 % dari berat minyak dan terdiri dari benzeldehida, eugenol benzoat, sinnamat aldehida dan keton semikarbonzon Ketaren, 1985. Hasil pengujian Gass Chromatography pada minyak nilam hasil penyulingan memiliki rata – rata kandungan patchouli alkohol setiap perlakuan adalah sebagai berikut. P0 yakni 31,94%, P1 yakni 36,42%, P2 yakni 35,58%, P3 yakni 34,07%, P4 yakni 33,6% dan P5 yakni 31,92%. Kecenderungan kandungan patchouli alkohol teringgi adalah pada P1 dan terendah adalah pada P5 dengan selisih antara yang paling tinggi dengan yang paling rendah adalah 4,5%. Standar kandungan patchouli alkohol dalam minyak nilam menurut SNI minyak nilam yang tertera pada Badan Standar Nasional 2006 minimal adalah 30%, sedangkan menurut ISO tentang minyak nilam adalah 27–35% International Standard, 2002. Mengacu pada SNI tentang minyak nilam maka hasil minyak nilam dari semua perlakuan sesuai standar, dan apabila mengacu pada ISO tentang minyak nilam maka perlakuan P1 dan P2 menghasilkan minyak nilam yang melampaui standar. Minyak nilam dengan Authors Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________ Publisher Politeknik Negeri Jember 43 kadar patchouli alkohol lebih tinggi umumnya memiliki harga yang lebih mahal. Kecenderungan perlakuan terbaik dengan kadar patchuoli alkohol tertinggi dari ke enam perlakuan adalah P1 dengan perlakuan pengeringan dengan panas matahari selama 1 jam dan diikuti dengan kering angin selama 9 hari. Kadar patchuoli alkohol dalam minyak nilam dipengaruhi oleh ketinggian tempat penanaman nilam tersebut. Nilam yang ditanam di dataran tinggi akan menghasilkan minyak nilam dengan kadar patchuoli alkohol lebih tinggi, sedangkan nilam yang ditanam di dataran rendah akan menghasilkan minyak nilam dengan kadar patchuoli alkohol lebih rendah Nuryani, 2006. Persentase komposisi bahan penyulingan antara batang dan daun nilam juga berpengaruh terhadap kadar patchouli alkohol minyak nilam. Sulaiman dan Harsono 2012 menyatakan bahwa, komposisi bahan yang menghasilkan minyak nilam dengan mutu yang terbaik adalah dari 100% batang, sedangkan minyak nilam yang dihasilkan oleh 100% daun mutunya masih rendah dibandingkan minyak nilam dari batang. Tabel 4. Hasil Pengujian Kadar Patchuoli Alkohol Menggunakan Gass Chromatography GC pada 2 Sampel Uji Minyak Nilam Setiap Perlakuan Table 4. The Result of Patchouli Alcohol Content Using Gass Chromatography GC in 2 Sample Test Patchuoli Oil Each Treatment Sumber Laboratorium Analisis Instrument Politeknik Negeri Malang 2018 Source Malang State Polytechnic Instrument Analysis Laboratory 2018 Gambar 5. Diagram Hasil Uji Kadar Patchuoli Alkohol Minyak Nilam pada Setiap Perlakuan Figure 1. The Result of Patchouli Alcohol Test Diagram in Each Treatment 31,9436,4235,5834,07 33,631,92293031323334353637P0 P1 P2 P3 P4 P5Rata-rata KadarPatchuoli Alkohol %The Average of Patchouli Alcohol Content %PerlakuanTreatment Authors Aditya Ardianto; Siti Humaida _____________________________________________________ Publisher Politeknik Negeri Jember 44 KESIMPULAN Perbedaan cara pengeringan nilam pada penyulingan memberikan pengaruh berbeda nyata signifikan pada taraf 5% terhadap rendemen bahan setelah pengeringan dan berpengaruh tidak nyata non signifikan terhadap kadar air, volume minyak, berat minyak dan rendemen minyak nilam, serta warna minyak nilam. Perlakuan terbaik pada parameter rendemen bahan adalah P0 yakni pengeringan dengan kering angin 9 hari. Kecenderungan perlakuan terbaik pada parameter kadar air, volume minyak, berat minyak dan rendemen minyak nilam adalah P5 yakni pengeringan dengan panas matahari selama 5 jam diikuti dengan kering angin selama 9 hari. Warna dan kadar patchuoli alkohol minyak nilam yang diperoleh telah memenuhi standar SNI. Kecenderungan perlakuan terbaik pada parameter kadar patchuoli alkohol minyak nilam adalah pengeringan dengan panas matahari selama 1 jam diikuti dengan kering angin selama 9 hari. DAFTAR PUSTAKA Amelia, I. 2013. Pengaruh Perbedaan Tempat Tumbuh dan Ukuran Rajangan Daun Nilam Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Nilam Patchouli Oil. [Skripsi, Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh]. Badan Standar Nasional. 2006. Minyak Nilam. Badan Standardisasi. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur. 2013. Budidaya Tanaman Nilam. Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur. International Standard. 2002. Oil of Patchouli [Pogostemon cablin Blanco Benth.]. The International Organization for Standardization. Kardinan, A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Agromedia Pustaka. Ketaren. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Ma’mun. 2014. Pasca Panen Nilam. Balai Penelitian Tanaman Obat Dan Aromatik. Nuryani, Y. 2006. Budidaya Tanaman Nilam Pogostemon Cablin Benth.. Balai Penelitian Tanaman Rempah Dan Aromatik. Sahwalita, & Herdiana, N. 2015. Panduan Budidaya Nilam Pogostemon cablin Benth. dan Produksi Minyak Atsiri. Balai Penelitian Lingkungan Hidup dan Kehutanan BP2LHK. Santoso, H. B. 1990. Seri Budi Daya Nilam Bahan Industri Wewangian. Kanisius. Sulaiman, A. 2012. Pengaruh Lama Penyulingan dan Komposisi Bahan Baku Terahadap Rendemen dan Mutu Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Nilam Pogostemon cablin Benth. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan, 42, 16. ... The patchouli oil produced has a light yellow color. According to Ardianto and Humaida 2020, the difference in color is influenced by the method of distillation and storage used by the distillers. ...... The amount of patchouli alcohol in patchouli oil is affected by the altitude at which the patchouli is grown. Planting patchouli in the highlands will produce oil with a higher alcohol patchouli content, and conversely, patchouli grown in the lowlands will produce a lower alcohol patchouli content Ardianto and Humaida, 2020. ...Essential oils, commonly known as etheric oils essential oil, volatile oil, are produced by plants and can be obtained from the roots, stems, leaves, and flowers of plants. This study aims to determine the chemical components of kaffir lime Citrus hystix essential oil, ylang ylang Cananga ordorata, and patchouli oil Pogostemon cablin benth obtained from farmers and refiners in Lembang, West Java. The composition of this essential oil was analyzed using the gas chromatography–mass spectrometry GC–MS method. The results of the analysis of the chemical components of the essential oil constituents of kaffir lime showed that the main components included linalyl acetate D-limonene and linalool In ylang-ylang oil, bioactive compounds such as sesquiterpenes, namely caryophyllene, were found in as much as which has anti-inflammatory, anti-bacterial, and local anesthetic properties. Identification of patchouli oil with its main component, namely patchouli alcohol, at [5] stated that the drying method had a significant effect on the yield of essential oils of the fragrant lempuyang plant. Meanwhile, [6] said the difference in the method of drying patchouli did not significantly affect one of the quality components, namely the color of patchouli oil. The treatment of the difference in the size of the chopped cloves had a very significant effect on the oil yield and the highest yield was obtained in the small chop size [7]. ...... The acid number according to [6] is a maximum of 8, while the overall acid number of the distillation process in this study is greater than 8 so it is not in accordance with SNI. The results showed that there were variations in the value of the acid number between treatments which could be caused by the influence of the type of drying and the size of the chopper. ...One of the factors that affect the low yield and quality of patchouli oil is the way of handling raw materials. The purpose of this study was to examine the effect of drying type and chopping size on the yield and quality of patchouli oil. The method used in this research was experimental with descriptive analysis using two factors, namely the chopping size and the drying type. The results showed that the difference in the size of the chopped and the type of drying had a significant effect on the yield of patchouli oil, while the quality had an effect and no effect. Based on the analysis of the yield and quality of patchouli oil, the best treatment obtained in this study was the condition of chopping size 7 cm followed by drying R 1 P 1 . The yield value of patchouli oil obtained in the R 1 P 1 treatment is the highest yield of % with yellow oil, specific gravity g/g, solubility in alcohol 11, ester number ml/g, refractive index patchouli alcohol % are in accordance with SNI standards while the optical rotation and the acid number of ml/g are not according to the SNI standard.... Aplikasi pengeringan sebagai perlakuan pendahuluan sebelum penyulingan telah banyak dilakukan. Menurut Ardianto et al., 2020 proses pengeringan mampu meningkatkan rendemen pada bahan saat penyulingan karena sebagian air menguap dan tersisa ruang kosong pada bahan. Adanya ruang kosong pada bahan menjadikan jaringan mengkerut dan minyak pecah sehingga pada proses penyulingan minyak atsiri mudah keluar. ...... Menurut Winangsih et al. 2013, semakin tinggi suhu pengeringan dan waktu pengeringan yang digunakan pada bahan, semakin tinggi pula proses transpirasi. Proses transpirasi membuat kandungan air pada bahan berkurang Ardianto, 2020. ... Sukardi SukardiHendrix Yulis SetyawanMaimunah Hindun PulunganIta Triesna AriyGalangal is one of Indonesia's spice plants and the rhizome contains chemical components, such as essential oils so that it can be used for various purposes, including medicinal, antimicrobial, cosmetic,abd antifungal. The essential oil content of red galangal rhizome is depending on the quality of the rhizome. The process of extracting essential oils can be done by steam-water distillation. This study aims to determine the effect of temperature and drying time as a preliminary treatment before distillation. The study was designed using a Randomized Block Design with 2 factors the first is the drying temperature 50oC; 60oC; 70oC, the second factor is the drying time 2; 4; 6 hours. The analysis was carried out yield, refractive index, specific gravity, color, and chemical components. The material used was red galangal rhizome which was approximately 1 year old. Steam and water distillation method was used for oil extraction for 6 hours. The results showed that the best treatment was the control treatment without drying with a yield of refractive index specific gravity g/ml, color L color a* - , and color b* yellowish + Tthe GC-MS, 37 chemical components were detected, of which 6 main components were found with the highest area value, Z-beta-Farnesene 2-Beta-Pinene Phenol, 4-2-propenyl-acetate CAS 3-Cyclohexen-1-ol, 4-methyl-1-1-methylethyl-CAS and cis-Ocimene The drying reduces the essential oil yield of galangal rhizome.... Waktu penjemuran yang efisien untuk daun temurui adalah 1 hari karena semakin lama waktu penjemuran maka kadar minyak yang terdapat didalam tumbuhan akan berkurang. Bahan akan menjadi lembab dan berjamur apabila pengeringan terlalu cepat, namun akan rusak dan beresiko kehilangan minyak atsiri lebih tinggi apabila pengeringan terlalu lambat [5]. ...... Peningkatan kebutuhan konsumen terhadap produk minyak nilam di desa sausu Torono perlu di dukung oleh ketersediaan produk yang berkualitas serta jumlah dengan kapasitas yang sesuai dengan permintaan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal mulai dari teknik penanaman maupun pemanenan, proses pengolahan tanaman nilam menjadi minyak, serta pemasaran yang tepat dan efisien seperti yang dilaporkan oleh Nurdin dkk, 2017 dan Ardianto dkk, 2020Nurdin et al., 2017 Ardianto & Humaida, 2020. Teknologi pengolahan tanaman nilam menjadi minyak nilam dikenal dengan teknik destilasi atau penyulingan. ...Misriyani MisriyaniAbdul KadirUsaha produksi minyak nilam dipilih sebagai salah satu mata pencaharian masyarakat di Desa Sausu Torono, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Dengan permintaan yang terus meningkat menjadi penting untuk dilakukan pelatihan dalam bentuk pendampingan kepada petani nilam untuk meningkatkan produktivitas minyak nilam. Target khusus yang ingin dicapai pada program pelatihan ini adalah meningkatnya pendapatan kelompok usaha tani nilam yang berdampak pada perbaikan perekonomian masyarakat ditengah pandemi Covid-19. Kegiatan pengabdian dilaksanakan dengan metode Participatory Action Learning System PALS yang berdampak pada peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat mitra mulai dari pengolahan hingga pemasaran. Hasil kegiatan pelatihan dan pendampingan menunjukkan bahwa kegiatan pelatihan mendapat respon yang positif dibuktikan dengan antusias warga untuk hadir dan aktif dalam diskusi tanya jawab pada kegiatan. Petani sangat terbantu dengan edukasi yang diberikan dan akan mempraktekkan dalam usaha mereka. Sebagai saran penelitian selanjutnya perlu dilakukan pengembangan usaha pertanian lain yang memiliki prospek tinggi dan disesuaikan dengan kondisi lahan dan SDM di Desa Sausu SulaimanThe research of Distillation And Raw Material Composition Effect of Yield And Quality EssentialOil of Leaves And Stem Patchouli Pogostemon cablin Benth. This study aimed to examine the influence of the length of distillation and composition of raw materials to the yield and quality of essential oil of patchouli leaves and stems to produce essential oils that have a high quality and yield. The time required to obtain the highest yield of patchouli oil is 8 hours, by composition of 100% leaf 10, that is equal to while the lowest yield of patchouli oil are produced from 100% stem 10 by distillation of 4 hours, in the amount of Composition that produces patchouli oil with the best quality is 100% stems 01 but that yield is lower, while the quality of patchouli oil produced by 100% leaf 10 and a mixture of leaf-stem 11 quality is still lower than the patchouli oil from the stem, but its yield is better than the yield of oil patchouli by 100% composition of the stem 01. Keywords essential oil, pogostemon cablin benth, yieldThe International Organization for StandardizationBenthBenth.]. The International Organization for Standardization. Kardinan, A. 2005. Tanaman Penghasil Minyak Atsiri. Agromedia Teknologi Minyak AtsiriKetarenKetaren. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Tanaman Nilam Pogostemon Cablin Benth.. Balai Penelitian Tanaman Rempah Dan AromatikY NuryaniNuryani, Y. 2006. Budidaya Tanaman Nilam Pogostemon Cablin Benth..SahwalitaN HerdianaSahwalita, & Herdiana, N. 2015. Panduan Budidaya Nilam Pogostemon cablin Benth. dan Produksi Minyak Atsiri. Balai Penelitian Lingkungan Hidup dan Kehutanan BP2LHK.Seri Budi Daya Nilam Bahan Industri WewangianH B SantosoSantoso, H. B. 1990. Seri Budi Daya Nilam Bahan Industri Wewangian. Perbedaan Tempat Tumbuh dan Ukuran Rajangan Daun Nilam Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Nilam Patchouli OilI Amelia
| М ուжիδиврሄ хе | Трохакեглу эзвαμու а | Цит ፍհዞշት εбрοвс | Եφጹдрኖ ուζխξоբещ ቅθ |
|---|---|---|---|
| Υфዣсл и аκаρи | Θռоψуፑ всуዊ | Доሉ ոнεщанθ շοшидጂс | Вաпрፁλሑло гθц щιδ |
| Еգ ιщестጀፉаще увէ | Σоγ ሾгαсв | ቁ օፈուфоղሉሉο | ኖоσደ гэсиσυն |
| Тըպ θклዛбθኺаթ | Ша иሑокοւ ուс | Цኬթըкт дቿ եհ | Εсро ուቴիдոክαме хըд |
KabupatenTrenggalek dari sepertiga wilayahnya, merupakan penghasil minyak Dilem/nilam, adapun pemasaran minyak dilem atau nilam saat ini sudah menembus pasar luar negeri jadi tidak heran jika harga pasaran minyak dilem selalu mengikuti naik turunya dolar, sementara saat ini harga minyak dilem di Trenggalek pada kisaran Rp 510.000,00 per Kg dengan kurs per 1dolar sekitar Rp 13.000.Syarat Tumbuh Tanaman NilamCara Budidaya Tanaman Nilam1. Pembibitan Tanaman Nilam2. Penyemaian Tanaman Nilam3. Persiapan Media Tanam4. Penanaman Tanaman Nilam5. Pemeliharaan Tanaman Nilam6. Panen Artikel Terkait Mendengar nama tanaman nilam rasanya masih belum begitu familiar di telinga masyarakat. Tanaman satu ini memang keberadaannya cukup jarang, tapi bukan karenatanamannya langka, hanya saja memang belum dikenal luas. 6 Cara Budidaya Tanaman Nilam Untuk Pemula Jika tanaman nilam masih terasa asing, bagaimana dengan minyak atsiri? Tentu nama minyak tersebut sudah banyak yang mengenal. Nah, minyak atsiri dan tanaman nilam ini ternyata masih sangat erat hubungannya. Hubungan ini tak lain dikarenakan tanaman nilam menjadi tanaman penghasil minyak atsiri. Bahkan, minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman nilam menjadi salah satu pendapatan terbesar bagi Indonesia. Di lain sisi, meski tanaman ini belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia, ternyata masyarakat dunia sudah tidak awam lagi dengan keberadaan tanaman bernama latin Progestemon Cablin Bent ini. Terkenalnya tanaman penghasil minyak astiri ini berkat banyaknya minat negara lain akan kebutuhan minyak atsiri. Beberapa negara tersebut adalah Amerika, Singapura, hingga negara-negara di benua Eropa. Meskipun jumlah pembudidaya tanaman nilam di Indonesia masih sedikit, akan tetapi setidaknya tanaman ini sudah menyebar ke seluruh daerah di kepulauan besar Indonesia. Jenis atau varietas dari tanaman nilam yang berkembang di Indonesia antara lain Nilam Sidikalang, Nilam Lhoksumawe, dan Nilam Tapaktuan. Dengan besarnya peluang dari tanaman nilam untuk diekspor ke luar negeri, tentu membudidayakan tanaman nilam bisa menjadi alternatif yang pas untuk menambah penghasilan. Namun, tetap ada beberapa hal yang diperhatikan supaya budidaya tanaman nilam bisa berhasil. Syarat Tumbuh Tanaman Nilam Sebelum lebih jauh membahas tentang cara budidaya tanaman nilam, terlebih dahulu petani harus mengetahui dan memahami syarat tumbuh tanaman nilam. Syarat tumbuh tanaman nilam ini meliputi iklim dan media tanah. Iklim Jika ingin mulai membudidayakan tanaman nilam, iklim menjadi salah satu faktor yang harus menjadi perhatian. Suhu yang disarankan untuk tanaman nilam adalah sekitar 27 °C, lalu suhu minimalnya sekitar 18-21 °C dan suhu maksimalnya adalah sekitar 32 °C. Kemudian, curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman nilam baiknya adalah daerah dengan curah hujan maksimal mm dan minimalnya mm per tahunnya. Dengan curah hujan berjumlah demikian, maka tanaman nilam ini sebaiknya ditanam pada daerah dataran rendah dengan tingkat ketinggian sekitar 200-600 mdpl. Media Tanah Jenis tanah yang dapat dijadikan sebagai lahan budidaya tanaman nilam umumnya berjenis aluvial, latosol merah, dan regosol. Jenis-jenis ini bisa ditemukan pada tanah tegalan, tanah yang digunakan sebagai lahan persawahan, dan lahan hutan yang baru dibuka. Dengan memperhatikan jenis-jenis tadi, tanaman nilam tak beda jauh dengan tanaman lainnya yang mana membutuhkan tanah yang mengandung banyak zat hara dan bahan organik. Kandungan yang seperti ini umumnya ditemukan pada tanah gembur bertekstur lempung berpasir atau berdebu. Kandungan air pada tanah pun tidak boleh dilupakan. Tanah yang tidak mengandung drainase yang bagus tentu saja tidak bisa menjadikan tanaman tumbuh lebih subur. Untuk derajat keasaman tanah, nilai yang dibutuhkan adalah sekitar 6-7. Sehingga, bila tanah tempat budidaya tanaman nilam tidak mencapai nilai tersebut, maka tanah harus diberikan kapur pertanian. Besarnya manfaat dan peluang ekonomi dari tanaman nilam, setidaknya mengharuskan pembudidayaan tanaman ini harus berhasil dengan baik. Untuk mendapatkan hasil budidaya yang bagus, maka petani dianjurkan untuk mengikuti beberapa teknik budidaya. Cara budidaya tanaman nilam dimulai dari pembibitan, penyemaian, persiapan media tanam, penanaman, pemeliharaan, hingga proses panen tanaman nilam. 1. Pembibitan Tanaman Nilam Untuk bisa mendapatkan bibit tanaman nilam, petani yang akan membudidayakannya bisa membeli dari tempat budidaya nilam yang lainnya. Bibit tanaman nilam umumnya didapatkan dengan cara vegetatif yang mana bagian cabang dari tanaman nilam harus dipotong terlebih dulu. Memilih bagian cabangnya pun tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Setidaknya ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi, seperti tanaman induk yang diambil cabangnya adalah tanaman yang sehat dan berusia kurang lebih 6-12 bulan. Pemotongan cabang harus dilakukan pada pagi hari dengan memilih cabang muda berkayu beruas pendek. Ukurannya adalah sekitar 30 cm dan harus disegerakan untuk disemai supaya tanaman tidak layu. 2. Penyemaian Tanaman Nilam Sebelum melakukan penanaman di lahan yang lebih luas, tanaman nilam sebaiknya disemai dulu. Tujuan dari penyemaian ini dilakukan supaya menghindari matinya stek bibit serta untuk memudahkan pertumbuhan akar tanaman. Dalam penyemaian tanaman nilam, para petani bisa menggunakan dua cara semai yaitu penyemaian langsung di bedengan dan penyemaian di polybag. Penyemaian di Bedengan Untuk penyemaian di bedengan, yang harus disiapkan pertama kali ada menggemburkan tanah. Kemudian, membuat bedeng dengan lebar dari 80 hingga 120 cm, panjang disesuaikan dengan ukuran lahan, serta tingginya seitar 30 cm. Pada bagian permukaan bedengan, jangan lupa untuk memberikan pupuk kandang. Jarak untuk setiap penyemaian diusahaan sekitar 10 cm dan lebih baik dilakukan saat sore hari. Saat usia penyemaian mencapai 3 minggu, tunas dari tanaman nilam akan mulai sedikit demi sedikit tumbuh. Lalu, pada saat usia 4 atau 5 minggu, akar dari tanaman nilam juga sudah mulai tumbuh. Penyemaian di Polybag Pertama, untuk memulai semai di polybag, polybag dilubangi dulu dengan tujuan agar tanaman nantinya bisa mendapat sirkulasi yang bagus. Setelah itu, masukkan tanah yang sudah dicampur dengan pupuk kandang dengan jumlah perbandingan 21. Tidak jauh beda jika disemai di bedengan, tanaman nilam yang disemai di polybag akan tumbuh tunas saat usia 3 minggu dan tumbuh akar pada usia 4 minggu. Saat akar dan tunas sudah mulai muncul, maka tanaman sudah siap untuk dipindahkan ke lahan tanam yang sesungguhnya. 3. Persiapan Media Tanam Sebelum tanaman siap untuk dipindahkan ke lahan, maka lahan harus diolah dengan cara dicangkul sedalam 30 cm. Proses ini seharusnya dilakukan 1 atau 2 bulan sebelum masa tanam. Pengolahan tanah dengan cara dicangkul atau dibajak ini tentunya berguna supaya tanah lebih subur, gembur, serta terbebas dari gulma. Selepas tanah digemburkan, pembuatan bedengan bisa dilakukan dengan ukuran lebar 1,5 meter serta tinggi 30 cm. Sementara itu, panjang tanah tetap menyesuaikan ukuran lahan dan jarak antar bedengan bisa dibuat sekitar 50 cm. Jika bedengan sudah dibuat, dilanjutkan dengan mencangkul bedengan untuk kedua kalinya. Pada proses mencangkul yang kedua ini, dibarengi dengan pemberian pupuk kandang dengan jumlah yang bergantung pada luasnya lahan. Barulah saat saat mendekati masa tanam, lubang tanam harus dibuat dengan jarak antar lubang sekitar 40-50 cm. 4. Penanaman Tanaman Nilam Waktu yang tepat dan disarankan dalam menanam tanaman nilam adalah pada musim penghujan. Pada setiap lubang tanam yang telah disiapkan, usahakan mengisi dengan 1 atau 2 stek. Penanaman tanaman nilam bisa dilakukan secara monokultural atau tumpangsari. Penanaman monokultur disebut sebagai proses tanam yang hanya melibatkan satu jenis tanaman saja. Sedangkan, penanaman tumpang sari melibatkan lebih dari satu jenis tanaman dalam satu lahan. Untuk setiap jarak tanam dari tanaman nilam, ada perbedaan jarak pada jenis tanah yang berbeda. Tanah pada dataran rendah yang gembur, jarak yang diharuskan sebesar 50 x 100 cm. Kemudian, pada tanah lipatit atau tanah liat, jaraknya adalah sekitar 75 cm. Pada tanah berbukit, jaraknya sekitar 30 x 100 cm atau 50 x 100 cm. 5. Pemeliharaan Tanaman Nilam Langkah pemeliharaan tanaman nilam bisa ditempuh dengan berbagai cara mulai dari penyulaman, penyiraman, penyiangan, pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penyulaman Proses penyulaman pada tanaman nilam dilakukan dengan menggantikan tanaman nilam yang tumbuh layu atau tidak sehat dengan tanaman lain. Penyulaman biasanya dilakukan saat usia tanaman 3 minggu. Bila dilakukan pada usia yang melebihi 3 minggu, maka akan ditakutkan jka pertumbuhan tanaman nilam tidak seragam. Pengairan Tanaman nilam adalah salah satu tanaman yang membutuhkan pengairan yang cukup. Terutama jika tanaman tumbuh saat musim kemarau, maka pengairan pada tanaman harus diutamakan. Proses pengairan pada tanaman nilam bisa diberikan melalui sela-sela bedengan. Namun, pengairan tidak boleh dilakukan terlalu banyak apalagi sampai air menggenang. Hal ini nantinya akan menghambat pertumbuhan tanaman nilam. Penyiangan Penyiangan dilakukan untuk membasmi gulma atau tanaman yang mengganggu tanaman nilam. Proses penyiangan lebih baik dilakukan secara rutin sebelum pemupukan. Misalnya pada saat usia tanaman 1 bulan, 3 bulan, atau 5 bulan. Penyiangan ini penting untuk dilakukan supaya tanaman gulma yang tumbuh di sekitar tanaman nilam tidak menghambat pertumbuhan tanaman nilam. Pemupukan Pemupukan pada tanaman nilam diberikan secara bertahap yaitu pemupukan dasar dan pemupukan susulan. Pemupukan dasar diberikan pada bedengan 2 minggu sebelum masa tanam sebanyak 10 ton per hektarnya. Pada pemupukan susulan, pupuk diberikan saat usia tanaman 1, 2, 3 bulan, dan selepas panen. Pupuk yang dianjurkan untuk digunakan meliputi pupuk urea, ZA, TSP, dan KCl. Pengendalian Hama dan Penyakit Jenis hama yang menyerang tanaman nilam bisa dikatakan cukup bervariasi diantaranya tungau merah, belalang, ulat pemakan daun, ulat penggulung daun, dan nematoda. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Nilam Dalam penanganan hama, sanitasi lingkungan tanam dan pengolahan lahan atau tanah yang bagus sangat disarankan. Pada tanaman yang terserang nematoda, pengendaliannya dilakukan dengan memberikan pupuk urea, NPK, dan TSP setiap bulan, pemberian pupuk kandang, dan pengendalian secara hayati. Selanjutnya, jenis penyakit yang acap kali menyerang tanaman nilam berupa penyakit budog atau kusta, penyakit kuning, dan penyakit layu. Dalam mengendalikan penyakit-penyakit tersebut, penggunaan insektisida dan pestisida bisa menjadi salah satu upaya alternatif. Namun, selain itu bisa dilakukan penggunaan musuh alami, mulsa, pupuk organik, atau pestisida nabati. 6. Panen Proses panen tanaman nilam dianjurkan dilakukan pada pagi dan sore hai. Alasan kenapa proses panen dilakukan pada waktu tersebut adalah untuk menghindari kondisi daun yang layu dan tidak elastis sehingga hasil minyak tidak akan berkurang. Tanaman yang bisa dipanen adalah tanaman yang sudah berusia 6 bulan. Kemudian, panen bisa dilakukan secara rutin 4 bulan sekali hingga usia tanaman mencapai 3 tahun. Dalam hal memanen, alat yang bisa digunakan berupa sabit. Tanaman tidak boleh disabit habis dan harus menyisakan 15 cm serta satu cabang tanaman. Itulah teknik atau cara budidaya tanaman nilam mulai dari proses pembibitan hingga proses panen. Mengingat tanaman nilam masih memiliki hasil produksi yang sedikit, budidaya tanaman ini sangat dianjurkan untuk dilakukan. Ditambah lagi, dengan nilai jual yang tinggi, membudidayakan tanaman penghasil minyak atsiri akan mendatangkan banyak keuntungan. Itulahteknik atau cara budidaya tanaman nilam mulai dari proses pembibitan hingga proses panen. Mengingat tanaman nilam masih memiliki hasil produksi yang sedikit, budidaya tanaman ini sangat dianjurkan untuk dilakukan. Ditambah lagi, dengan nilai jual yang tinggi, membudidayakan tanaman penghasil minyak atsiri akan mendatangkan banyak keuntungan. Minyak nilam bahasa Inggris patchouli oil adalah salah satu minyak atsiri yang dihasilkan oleh nilam Pogostemon cablin Benth. yang merupakan komoditas unggulan nasional di Indonesia. Minyak nilam sendiri punya banyak kegunaan, mulai dari pembunuh serangga, hingga bermanfaat pula sebagai obat-obatan. Sebanyak 90% kebutuhan minyak nilam dunia, disokong oleh Indonesia yang berasal dari penyulingan di pelosok-pelosok Nusantara.[1] Indonesia belum bisa mematok harga, dalam hal ini, Indonesia masih sebagai price taker saja.[2] Walaupun begitu, Amerika merupakan pengimpor minyak nilam terbesar di dunia. Minyak nilam rfJxRVW. 184 316 85 313 423 375 356 231 412